Resiko
Penyakit pada Jamaah Haji dan Upaya Pencegahannya
Sebelum berangkat ke Tanah
Suci, seorang Jamaah Haji harus melewati pemeriksaan kesehatan pertama, kedua,
dan pemeriksaan ulang di Asrama Haji. Sejak pemeriksaan kesehatan pertama di
Puskesmas, seorang calon jamaah haji sudah terkategori dalam golongan Sehat
atau Resiko Tinggi (Risti).
Apabila ia termasuk dalam
ketegori Risti, maka catatan atau nuku kesehatan dari Puskesmas akan diberi
keterangan sesuai kondisi kesehatannya itu. Tujuannya untuk memudahkan
pemantauan ulang oleh petugas kesehatan jamaah haji, baik di TKHI (Tim
Kesebelas Haji Indonesia), TKHD (Tim Kesebelas Haji Daerah), petugas kesehatan
di BPHI maupun petugas kesehatan di Rumah Sakit Arab Saudi.
Risti adalah
jenis-jenis penyakit yang terdeteksi menyerang calon jamaah haji. Penyakit
tersebut kadang hanya satu jenis namun kadang beberapa penyakit sekaligus Risti
dapat di bagi ke dalam dua kategori :
1. Risti Sehat.
Risti Sehat adalah kondisi kesehatan seseorang yang mana secara
fisik tidak mengidap penyakit apa pun namun keadaan fisiknya itu memudahkan
penyakit – pemyakit tertentu untuk menyerang.
Kondisi fisik yang memudahkan seseorang terserang penyakit,
misalnya usia lanjut (umur 60 tahun atau lebih), obesitas atau berat badan berlebih,
kaheksia atau kekurangan berat badan yang sangat mencolok, dan cacat fisik,
baik berupa cacat bawaan atau cacat yang dapat menimbulkan gangguan dalam
melaksanakan aktifitas sehari-hari.
Bila kita termasuk dalam golongan Risti Sehat maka ada beberapa hal
yang perlu kita perhatikan sewaktu masih berada di Tanah Air.
Jika kita memiliki berat badan berlebih, maka kita perlu
melakukan penurunan berat badan baik dengan olahraga maupun dengan mengurangi
porsi makan. Mengurangi porsi makan bisa dilakukan dengan menghindari makanan
yang berkalori tinggi atau makanan yang manis-manis.
Olahraga bisa dilakukan dengan berjalan cepat selama setengah
jam, jalan pelan atau jogging sejauh 3 km.
Jika kita memiliki berat badan yang kurang (kaheksia) maka kita
perlu meningkatkannya hingga mencapai berat badan ideal. Kaheksia sebenarnya
bisa diketahui penyebabnya. Jika penyebab tersebut sudah diketahui, penyakit
itu bisa diobati.
Asupan kalori, protein, karbohidrat, dan vitamin yang seimbang juga amat dibutuhkan dalam upaya meningkatkan berat badan jamaah haji. Sumber protein yang mudah didapat misalnya telur, ikan, daging, dan susu. Bisa juga dibantudengan suplemen Vitamin B kompleks dan Vit C dalam dosis yang sesuai.
Apabila kita termasuk orang yang sudah lanjut usia, persiapan
diri bisa dilakukan dengan berjalan sejauh 3 km setiap hari dengan memakai
sandal atau selop. Jangan lupa makan makanan yang seimbang setiap hari dan
beristirahat dengan cukup.
Kita juga dianjurkan mengonsumsi vitamin, kalsium, dan mineral agar kondisi badan kita senantiasa terjaga. Jenis vitamin yang dianjurkan adalah yang mengandung vitamin neurotropik, B kompleks, C, dan D. Bisa juga kitameminta resep dari dokter agar tidak salah mengkonsumsi vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh kita.
Kita juga dianjurkan mengonsumsi vitamin, kalsium, dan mineral agar kondisi badan kita senantiasa terjaga. Jenis vitamin yang dianjurkan adalah yang mengandung vitamin neurotropik, B kompleks, C, dan D. Bisa juga kitameminta resep dari dokter agar tidak salah mengkonsumsi vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh kita.
Jika jamaah haji atau umrah menyandang cacat fisik maka ada
baiknya ia melakukan latihan-latihan yang sesuai dengan kondisi fisiknya. Sebab
seluruh rangkaian kegiatan dalam ibadah haji dan umrah disesuaikan dengan
kondisi fisik manusia.
Sekiranya penyandang cacat tersebut membutuhkan bantuan orang
lain dalam pelaksanaan ibadah haji, maka ia diperbolehkan untuk mencari
pendamping.
2. Risti Sakit
Jamaah Haji dikategorikan kedalam kelompok Risti sakit,
jika ia menderita penyakit kronis, misalnya :
a.
Penyakit
neuro-psikiatri, yaitu lumpuh pasca-stroke, psikosis (gangguan jiwa), dan
epilepsy (ayan)
b.
Penyakit
kardiovaskuler, yaitu hipertensi (darah tinggi), penyakit jantung koroner,
penyakit jantung bawaan, penyakit katup jantung, dan penyakit payah jantung
c.
Penyakit endoktrin,
yaitu diabetes melitus (sakit gula), strumd toksik (penyakit gondok)
d.
Penyakit
saluran pernapasan, yaitu tuberkulosa paru yang tidak aktif, asma, obstuktif,
kronis yang terdiri bronchitis kronis dan emfisema paru.
e.
Penyakit
saluran cerna, yaitu tukak lambung (maag)
f.
Penyakit
ginjal dan saluran kemih, yaitu gangguan fungsi ginjal, seperti gagal ginjal
kronis, batu ginjal atau saluran kemis, pembesaran prostat pada laki-laki, dan
sindroma nefrotik.
g.
Penyakit hati
atau saluran empedu, yaitu sirosis hati, hepatitis kronis, penyakit kandung
empedu, atau batu empedu.
h.
Penyakit
kandungan, yaitu gangguan haid berat, hiper-emesis (muntah-muntah saat
menjalani masa kehamilan.
i.
Tumor ganas
j.
Penyakit
menular yang termasuk dalam undang-undang wabah, undang-undang karantina dan
kusta
k.
Kelompok
lain, yaitu usia lanjut dengan umur di atas 70 tahun, anemia berat, dan
penyakit rematik sendi
Tidak sedikit calon jamaah haji atau umrah yang mengidap lebih
dari satu jenis penyakit, misalnya diabetes disertai dengan hipertensi atau
diabetes disertai obesitas. Bagi orang yang mengidap Risti Sakit (risiko tinggi sakit), saran-saran di bawah ini perlu diperhatikan :
a.
Memeriksakan
kondisi kesehatan secara teratur. Sekalipun kondisi tubuh tidak bisa dipulihkan
karena adanya suatu penyakit namun paling tidak penyakit tersebut bisa
dikendalikan selama mengerjakan ibadah haji.
b.
Pemeriksaan
kesehatan pada penderita diabetes melitus (DM) bertujuan untuk mempertahankan
kadar gula normal, yakni kadar gula darah puasa i 126 mg/dl atau kadar gula
darah dua jam setelah makan i 200 mg/dl. Jika terjadi komplikasi pada pengidap
DM, seperti adanya borok atau luka, maka perlu dirawat di rumah sakit.
Penyakit yang
sering menyertai DM adalah hipertensi, gangguan fungsi ginjal, penyakit jantung
koroner, gangguan saraf, luka atau borok, hiperkolesterol, dan lainnya.
Obat yang digunakan setiap orang untuk mengatasi DM tidak sama. Begitu pula suntikan insulin yang digunakan harus disesuaikan dengan kondisi tubuhnya. Jangan lupa segera mengkonsumsi makanan agar setelah penyuntikan insulin dilakukan kita tidak menderita hipoglikemia (kadar gula yang terlalu rendah).
Obat yang digunakan setiap orang untuk mengatasi DM tidak sama. Begitu pula suntikan insulin yang digunakan harus disesuaikan dengan kondisi tubuhnya. Jangan lupa segera mengkonsumsi makanan agar setelah penyuntikan insulin dilakukan kita tidak menderita hipoglikemia (kadar gula yang terlalu rendah).
Ciri-ciri
hipoglikemia adalah lemas, keringat dingin, gemetar, gangguan bicara, dan
gangguan kesadaran, mulai dari gangguan kesadaran ringan hingga koma. Apabila
gejala-gejala hipoglikemia terasa maka segeralah minum air gula atau the manis
secukupnya
c.
Jika kita
penderita hipertensi maka diet rendah garam harus dibiasakan
d.
Penderita
penyakit hati akut seperti hepatitis akut harus menjalani pengobatan terlebih
dulu hingga keadaannya membaik. Bila diperlukan, ia harus menjalani rawat
e.
Penderita
penyakit hati kronis harus mengikuti saran dokter yang merawat, baik mengenai
diet, konsumsi obat, aktivitas fisik, dan larangan makanan tertentu
f.
Pengidap
penyakit batu empedu dengan atau tanpa infeksi empedu harus segera dioperasi
sebelum berangkat ke Tanah Suci, jika memang dibutuhkan. Apabila tidak ada
indikasi butuh dioperasi, umumnya pengidap penyakit ini akan diberi obat-obatan
untuk meminimalisir atau menghancurkan batu-batu empedu tersebut.
g.
Apabila kita
mengidap penyakit paru-paru kronis maka tentu perawatan yang serius sangat
dibutuhkan. Penderita penyakit paru-paru akibat infeksi tuberkulosis yang aktif
harus berobat secara intensif agar penyakit tersebut tidak aktif.
Apabila
sampai waktu pemberangkatan kita masih mengidap penyakit tersebut, yang
ditandai adanya kuman tuberkulosis dalam dahak, petugas kesehatan akan melarang
kita untuk berangkat, sebab dikhawatirkan menular pada jamaah haji yang lain;
Apabila kita mengidap asma, sesak napas, atau penyakit paru-paru obstruktif menahun, maka selama masih di Tanah Air kita harus mengobatinya sampai sembuh. Hindarilah asap rokok atau polusi udara. Menggunakan masker, menghindari kelelahan, beristirahat yang cukup, tidak minum minuman dingin, dan tidak memaksa diri untuk melakukan ibadah sunnah yang menguras tenaga dapat membantu kita meminimalisir penyakit tersebut kambuh
h.
Jamaah haji
yang mengidap penyakit jantung seperti penyakit jantung koroner, penyakit jantung
hipertensi baik dengan gagal ginjal atau tidak, maka perawatan teratus sebelum
berangkat sangat penting. Aktifitas fisik harus dibatasi, obat-obat jantung
harus diminum secara teratur sesuai dengan petunjuk dokter
i.
Jamaah yang
menderita penyakit berisiko tinggi yang lain, seperti gangguan lambung (maag),
gangguan jiwa, gangguan kandungan, dan tumor, juga harus melakukan pemeriksaan
yang lengkap dan teratur sebelum berangkat ke Tanah Suci. Bekal obat selama
menunaikan haji juga sangat penting, sebab persediaan obat di kloter atau BPHI
tidak mencakup penyakit- penyakit Risti tersebut
j.
. Mengikuti
anjuran petugas kesehatan kloter maupun TPHI dan TPIHI baik dalam masalah
kesehatan maupun masalah ibadah.