Kegiatan minum susu
perlu dibiasakan pada anak secara rutin agar tubuhnya sehat dan kuat. Namun,
bagaimana jika ia menolak minum susu? Jangan panik dulu, Ma. Mungkin Anda hanya perlu sedikit
taktik untuk memancing anak agar mau meraih segelas susu
kemudian meminumnya. Karena pada dasarnya, aktivitas minum susu
itu sendiri sudah menjadi kebiasaan anak sejak ia lahir melalui breastfeeding dari Mama. Namun, seiring dengan
bertambahnya usia anak, gairah minum susu itu
berkurang karena berbagai hal.
Cara Mama mengajak anak minum susu dapat menentukan apakah kebiasaan minum susu pada anak akan berlanjut atau tidak. Sebagai gambaran, ketika anak tidak mau minum susu tetapi Anda terus memaksanya, anak bisa jadi menangkap situasi yang tidak menyenangkan sehingga muncul emosi negatif, baik pada anak maupun Mama sendiri. Dengan demikian, minum susu diasosiasikan sebagai kegiatan yang 'mengancam' yang berakibat anak semakin tidak mau minum susu bahkan perilaku minum susu pun akan menghilang. Selain itu, adanya pilihan konsumsi makanan tidak sehat yang disediakan di meja membuat anak tidak fokus pada kebiasaan yang sedang dibangun. Ditambah lagi tidak adanya momen minum susu untuk seluruh keluarga di rumah.
Psikolog anak, remaja dan keluarga Roslina Verauli, M.Psi, yang ditemui pada acara Kampanye 'Saatnya Keluarga Minum Susu Sekarang' bersama Frisian Flag, memberikan tips bagi para orang tua untuk menumbuhkan kembali kebiasaan minum susu yang telah berkurang atau bahkan hilang dengan teknik ABC (Antesedence-Behavior-Concequences). Ketika konteks (A) tidak diciptakan maka (B) perilakunya tidak akan muncul, dan sebagai konsekuensi (C) anak menikmati kegiatan lain, seperti main gadget.
Lalu bagaimana agar perilaku minum susu kembali muncul di tengah keluarga? Pertama kali, sebelum mengajak anak dan seluruh keluarga minum susu, lahirkan emosi positif Anda, agar kegiatan tersebut menjadi momen keakraban bagi seluruh keluarga. Ketika semua sudah berkumpul, hadirkan susu disana. Orang tua bertugas sebagai pemberi petunjuk dengan berkata, “Mama tuang ya, susunya”. Saat itu yang muncul adalah emosi positif yang akan dapat membuat perilaku minum susu akan tampil lagi esok hari.
Keakraban yang dibangun dari kegiatan ini banyak memberi dampak positif bagi anak yaitu meningkatkan kecerdasan, perilaku anak menjadi friendly, bertanggung jawab, dan responsif. Dengan demikian, tidak hanya hubungan antar keluarga semakin erat tetapi juga lebih sehat.
Cara Mama mengajak anak minum susu dapat menentukan apakah kebiasaan minum susu pada anak akan berlanjut atau tidak. Sebagai gambaran, ketika anak tidak mau minum susu tetapi Anda terus memaksanya, anak bisa jadi menangkap situasi yang tidak menyenangkan sehingga muncul emosi negatif, baik pada anak maupun Mama sendiri. Dengan demikian, minum susu diasosiasikan sebagai kegiatan yang 'mengancam' yang berakibat anak semakin tidak mau minum susu bahkan perilaku minum susu pun akan menghilang. Selain itu, adanya pilihan konsumsi makanan tidak sehat yang disediakan di meja membuat anak tidak fokus pada kebiasaan yang sedang dibangun. Ditambah lagi tidak adanya momen minum susu untuk seluruh keluarga di rumah.
Psikolog anak, remaja dan keluarga Roslina Verauli, M.Psi, yang ditemui pada acara Kampanye 'Saatnya Keluarga Minum Susu Sekarang' bersama Frisian Flag, memberikan tips bagi para orang tua untuk menumbuhkan kembali kebiasaan minum susu yang telah berkurang atau bahkan hilang dengan teknik ABC (Antesedence-Behavior-Concequences). Ketika konteks (A) tidak diciptakan maka (B) perilakunya tidak akan muncul, dan sebagai konsekuensi (C) anak menikmati kegiatan lain, seperti main gadget.
Lalu bagaimana agar perilaku minum susu kembali muncul di tengah keluarga? Pertama kali, sebelum mengajak anak dan seluruh keluarga minum susu, lahirkan emosi positif Anda, agar kegiatan tersebut menjadi momen keakraban bagi seluruh keluarga. Ketika semua sudah berkumpul, hadirkan susu disana. Orang tua bertugas sebagai pemberi petunjuk dengan berkata, “Mama tuang ya, susunya”. Saat itu yang muncul adalah emosi positif yang akan dapat membuat perilaku minum susu akan tampil lagi esok hari.
Keakraban yang dibangun dari kegiatan ini banyak memberi dampak positif bagi anak yaitu meningkatkan kecerdasan, perilaku anak menjadi friendly, bertanggung jawab, dan responsif. Dengan demikian, tidak hanya hubungan antar keluarga semakin erat tetapi juga lebih sehat.